Monday, March 14, 2016

Sajak "Burung-Burung Kondor" Karya WS Rendra & Album "St Kristo" Dari Siksakubur

Siksakubur - St Kristo

Sajak : Burung-Burung Kondor

Angin gunung turun merembes ke hutan,
lalu bertiup di atas permukaan kali yang luas,
dan akhirnya berumah di daun-daun tembakau.
Kemudian hatinya pilu
melihat jejak-jejak sedih para petani – buruh
yang terpacak di atas tanah gembur
namun tidak memberi kemakmuran bagi penduduknya.

Para tani – buruh bekerja,
berumah di gubug-gubug tanpa jendela,
menanam bibit di tanah yang subur,
memanen hasil yang berlimpah dan makmur
namun hidup mereka sendiri sengsara.

Mereka memanen untuk tuan tanah
yang mempunyai istana indah.
Keringat mereka menjadi emas
yang diambil oleh cukong-cukong pabrik cerutu di Eropa.
Dan bila mereka menuntut perataan pendapatan,
para ahli ekonomi membetulkan letak dasi,
dan menjawab dengan mengirim kondom.

Penderitaan mengalir
dari parit-parit wajah rakyatku.
Dari pagi sampai sore,
rakyat negeriku bergerak dengan lunglai,
menggapai-gapai,
menoleh ke kiri, menoleh ke kanan,
di dalam usaha tak menentu.
Di hari senja mereka menjadi onggokan sampah,
dan di malam hari mereka terpelanting ke lantai,
dan sukmanya berubah menjadi burung kondor.

Beribu-ribu burung kondor,
berjuta-juta burung kondor,
bergerak menuju ke gunung tinggi,
dan disana mendapat hiburan dari sepi.
Karena hanya sepi
mampu menghisap dendam dan sakit hati.

Burung-burung kondor menjerit.
Di dalam marah menjerit,
bergema di tempat-tempat yang sepi.

Burung-burung kondor menjerit
di batu-batu gunung menjerit
bergema di tempat-tempat yang sepi

Berjuta-juta burung kondor mencakar batu-batu,
mematuki batu-batu, mematuki udara,
dan di kota orang-orang bersiap menembaknya.


Karya : W.S. Rendra


Pada track pertama album "St Kristo" (dari band death metal tersohor Indonesia iaitu Siksakubur) yang bertajuk "Burung Bangkai" diselitkan sedikit deklamasi sajak dari WS Rendra pada bahagian intro. Sajak ini sungguh dekat di hati kita sebagai rakyat marhaen. Pengertiaan kesusahan, pembelotan oleh pemimpin serta penindasan seringkali menjadi topik bualan kita seharian. Agak sesuai juga apabila sajak ini dijadikan intro untuk lagu tersebut kerana seperti yang sudah kita sedia maklum, genre death metal dari Indonesia sentiasa berkisar tentang politik dan kritikan sosial dari sudut penulisan lirik. Dengarkan album ini secara total, nescaya ianya pasti memberi kesan di hati,

6 comments:

silakan memberi sebarang komen...whether it's good or bad

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...